KABARPAPUA.CO, Kota Jayapura – Sebagai lembaga adat, Majelis Rakyat Papua (MRP) Pegunungan berharap Gubernur Papua Pegunungan John Tabo dan Wakil Gubernur Papua Pegunungan Ones Pahabol membangun wilayah Papua Pegunungan lebih baik lagi. Hal ini dikatakan Wakil Ketua II MRP Pegunungan, Benny Mawel kepada media di Kota Jayapura, Rabu, 23 April 2025.
“Ini menjadi catatan sejarah, sebuah kepercayaan dari masyarakat sekaligus anugrah dari Tuhan untuk mempercayakan kedua tokoh ini untuk membangun Papua Pegunungan lebih baik,” jelas Benny.
Benny juga mengatakan, MRP Pegunungan menyetujui kedua tokoh ini karena sebuah harapan dan aspirasi yang ditaruh di pundak keduanya. “Lima tahun pertama keduanya harus berjuang memenuhi hal-hal yang selalu menjadi persoalan di Papua Pegunungan, terutama akses transportasi darat dan udara,” jelasnya.
Menurut Benny, MRP Pegunungan mendukung kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Pegunungan, sebab keduanya adalah anak adat yang sudah terbukti saat menjabat sebagai bupati di wilayah pegunungan.
“Mereka tahu persoalan di lapangan, tahu jalan keluarnya, dan kami percaya mereka punya hati untuk rakyat. Kalau mereka salah ya tetap salah, kalau benar kami akan dukung. Kami akan tetap kawal dan mengingatkan. Kami ajak masyarakat turut mendukung dan mengawasi jalannya pemerintahan,” katanya.
Bakar Batu Menjaga Tradisi Adat dan Budaya
Benny mengaku mengapresiasi gelaran bakar batu yang dilakukan pasangan Gubernur Papua Pegunungan John Tabo dan Wakil Gubernur Papua Pegunungan Ones Pahabol. “Bakar batu ini kan bagian dari menjaga tradisi adat dan budaya,” katanya.
Menurut Benny, kedua tokoh Papua Pegunungan ini, bisa melakukan acara bakar batu bukan sekadar untuk pergi pamit begitu saja, tapi pergi untuk membangun satu provinsi baru dengan memohon doa restu masyarakat pegunungan yang ada di provinsi induk, sekaligus mohon dukungan. “Beliau berdua tahu diri begitu,” katanya.
Benny mengatakan, bakar batu merupakan prosesi adat yang wajib dilakukan untuk memberi makan leluhur, masyarakat juga sekaligus sebagai simbol masyarakat adat untuk meminta doa restu . “Ini bukan sesuatu yang harus menjadi kontroversi, tidak perlu diperdebatkan,” katanya.
Terkait jumlah ternak (babi) yang dipakai dalam bakar batu, menurut Benny, ini menjadi pelajaran bagi masyarakat Papua kedepan untuk lebih semangat menjadi petani atau peternak. “Menjadi kewajiban bagi masyarakat Papua, khususnya di pegunungan untuk bakar batu dan piara wam (babi),” katanya. ***(Natalya Yoku)