Menu

Mode Gelap
Antisipasi 1 Desember, TNI Polri Patroli 2×24 jam di Kota Jayapura Pesan Sejuk Polri di Deklarasi Pemilu Ceria Tanah Papua Gedung Perpustakaan SMPN 5 Sentani Terbakar Hibah Pilkada Jayapura Cair 10 Persen, Deposit Kas Daerah Rp23 Miliar Disorot 1 Desember di Jayapura: Polisi Amankan Ratusan Botol Miras Ilegal, Penjual Ngacir

RAGAM · 24 Mar 2024 20:51 WIT

Ketika Pangan Lokal di Papua Bergeser ke Beras


					Beras Bulog di Papua. (KabarPapua.co/Katharina) Perbesar

Beras Bulog di Papua. (KabarPapua.co/Katharina)

KABARPAPUA.CO, Kota Jayapura– Makanan pokok masyarakat Papua di pegunungan adalah keladi dan ubi jalar. Sedangkan masyarakat yang bermukim di pesisir mengkonsumsi sagu.

Akan tetapi, seiring waktu, perilaku diet masyarakat Papua juga berubah. Saat ini masyarakat Papua di pegunungan dan pesisir cenderung meninggalkan makanan lokal dan lebih banyak mengkonsumsi beras.

Hutan sagu dibiarkan tidak terpelihara, bahkan banyak yang ditebang dan beralih fungsi lahan. Ini fakta yang menyedihkan. Di sisi lain, didapati sesuatu yang bertolak belakang. Produksi padi di Kabupaten Merauke dan Kabupaten Sorong meningkat drastis.

Padahal, keladi, pisang, sukun dan sagu merupakan makanan asli orang Papua sejak zaman prasejarah. Penelitian arkeologi membuktikan bahwa pada masa prasejarah, tanaman biji-bijian tidak dikenal di Papua. Budidaya padi diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia lewat program transmigrasi.

Keladi, pisang dan ubi jalar di pegunungan Papua dimasak dengan cara bakar batu. Sedangkan masyarakat pesisir Papua memasak tepung sagu menjadi papeda dengan cara menyiramnya dengan air panas. Selain beras, pangan lokal Papua juga kalah pamor dengan makanan fast food.

Keladi, pisang dan ubi jalar, sesungguhnya tak ada hubungannya dengan strata sosial seperti yang digembar-gemborkan pemerintahan pada masa lalu. Seakan-akan kalau makannya keladi, pisang, dan ubi jalar, maka masyarakatnya terbelakang.

Padahal, dalam kebudayaan, tidak ada yang namanya masyarakat primitif. Setiap kebudayaan memiliki kekayaan dan keluhuran nilai-nilainya sendiri. Tak ada kebudayaan yang lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.

Dalam soal makanan asli, jelaslah bahwa makanan lokal Papua harus dilestarikan. Baik bahan pangannya maupun cara mengolah makanan secara tradisional. *** (Hari Suroto-Peneliti Arkeologi BRIN)

Artikel ini telah dibaca 196 kali

badge-check

Penulis Berita

Baca Lainnya

Dari Cirata untuk Papua, PLN Bawa 19 Jurnalis Sambut Energi Hijau

21 November 2025 - 07:38 WIT

KabarMakassar-BBC Training Jurnalis Sulawesi hingga Papua Kuasai Advanced Tracking AI

12 November 2025 - 10:40 WIT

Esai Foto: Jaga Tradisi dengan Energi Bersih untuk Gerabah Papua 

31 October 2025 - 14:45 WIT

Kanwil Kemenag Papua Perkuat Sinergi dengan Media di Kota Jayapura

30 October 2025 - 00:22 WIT

Pesona Pantai Gware Nabire, Incaran Turis Mancanegara

21 October 2025 - 14:27 WIT

Peringati 1 Tahun Kerja Presiden Prabowo, BMP Kota Jayapura Gelar Pentas Seni dan Baksos

18 October 2025 - 18:48 WIT

Trending di RAGAM