Menu

Mode Gelap
Antisipasi 1 Desember, TNI Polri Patroli 2×24 jam di Kota Jayapura Pesan Sejuk Polri di Deklarasi Pemilu Ceria Tanah Papua Gedung Perpustakaan SMPN 5 Sentani Terbakar Hibah Pilkada Jayapura Cair 10 Persen, Deposit Kas Daerah Rp23 Miliar Disorot 1 Desember di Jayapura: Polisi Amankan Ratusan Botol Miras Ilegal, Penjual Ngacir

PERISTIWA · 11 Nov 2024 22:41 WIT

PB IDI Desak Oknum Pejabat Mamteng Terduga Pemukulan Dokter Diproses Hukum


					Ilustrasi tim medis. Foto: Net Perbesar

Ilustrasi tim medis. Foto: Net

KABARPAPUA.CO, Kota Jayapura– Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengecam tindakan kekerasan yang dialami oleh Dr Yordan Sumomba yang bertugas di RSUD Lukas Enembe, Kobakma, Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua Pegunungan.

Dalam siaran persnya, Ketua Umum PB IDI, DR Dr Moh. Adib Khumaidi menyebutkan, IDI pusat telah berkoordinasi dengan IDI Cabang Jayawijaya terkait dengan penganiayaan yang dialami oleh Dr Yordan Sumomba. PB IDI juga meminta aparat kepolisian dan aparat penegak hukum untuk melakukan penindakan keras dan melakukan proses hukum terhadap pelaku sesuai dengan ketentuan hukum yang ada.

“Kami ingin agar seluruh sejawat dokter dan tenaga kesehatan yang berada di Mamberamo Tengah, serta di seluruh wilayah Papua mendapatkan jaminan keamanan, keselamatan, kenyamanan dalam melakukan pelayanan kesehatan untuk masyarakat,” jelas Dr Adib dalam siaran persnya yang dikirim ke media, Senin, 11 November 2024.

PB IDI mengapresiasi darma bakti yang sudah dilakukan oleh para sejawat dokter di wilayah Papua, khususnya di wilayah Papua Pegunungan, di IDI Cabang Jayawijaya dengan seluruh anggotanya yang saat ini berjumlah 118 orang yang tersebar di tujuh kabupaten di wilayah Papua Pegunungan.

Kronologi 

Laporan kronologis dari IDI Cabang Jayawijaya, pada hari Selasa, 5 November 2024, sekitar pukul 13.35 WIT terduga pelaku masuk ke ruangan apotek RSUD Lukas Enembe dan berteriak “We kam kasi sa obat paracetamol ka, kalian tidak tahu kah saya ini siapa? Saya ini asisten 3.”

Lalu terduga pelaku masuk ke ruangan korban (dokter) mengambil kursi dan melempar korban, namun tidak mengenai korban kemudian pelaku mengambil kayu balok 5×5 dan memukul ke arah muka dan punggung korban. Sehingga ada pasien yang sedang berobat langsung melerai terduga pelaku, namun pasien tersebut juga dipukul oleh terduga pelaku.

Setelah itu terduga pelaku keluar dan melakukan pengrusakan terhadap pembatas ruangan yang terbuat dari kayu dan terduga Pelaku mengambil batu lalu melempar kaca jendela RSUD Lukas Enembe. Setelah itu, terduga pelaku langsung keluar dari RSUD Lukas Enembe dan pergi.

Akibat dari kejadian itu, korban mengalami luka patah tulang di bagian pipi kanan, hidung, dan sejumlah bagian wajah, serta luka memar parah di punggung. Akibat luka yang dialami korban cukup parah, maka korban saat ini dievakuasi dan dirawat di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar, Sulawesi Selatan.

“PB IDI berharap kejadian penganiayaan yang dialami oleh dr Yordan ini menjadi kasus terakhir yang diharapkan tidak terulang lagi,” jelas Dr Adib.

Adib juga mengatakan, jaminan keamanan, keselamatan, jaminan insentif kesehatan para dokter dan dokter spesialis yang mengabdikan dirinya di wilayah Papua ini semestinya juga menjadi perhatian bagi Presiden Republik Indonesia, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian PAN-ERB, Kemenko PMK, dan pemerintah daerah.

“Permasalahn di wilayah Papua bukan hanya geografis saja, tetapi juga ada masalah keamanan, kesenjangan ekonomi, dan juga ada permasalahan yang berkaitan dengan kekurangan obat, alat kesehatan, infrastruktur yang memerlukan upaya kolaborasi dan sinergi bersama,” terang Dr Adib, yang juga berharap Dr Yordan akan mendapatkan pendampingan trauma healing.

Ketua IDI Cabang Jayawijaya, Dr Lorina, saat ini Dr Yordan termasuk salah satu dokter kontrak yang sudah ingin mengabdikan dirinya secraa penuh untuk wilayah Papua. Dr Lorina berharap kasus kekerasan terhadap para dokter di wilayah Papua menjadi perhatian khusus pemerintah sehingga lebih banyak dokter yang mau mengabdikan diri di Papua.

Disampaikan Dr Lorina, para dokter umum dan spesialis di wilayah Papua seringkali mengalami situasi konflik yang mengakibatkan kekerasan fisik dan verbal. “Jumlah dokter umum dan spesialis yang mau bertugas di wilayah Papua dan Papua Pegunungan semakin sedikit dari tahun ke tahun karena konflik dan tidak adanya jaminan keamanan dan keselamatan ini. Apalagi insentif yang diterima tidak sebanding dengan tingginya biaya hidup di Papua terutama di wilayah Pegunungan,” kata Dr Lorina.

PB IDI mengapresiasi langkah cepat yang sudah dilakukan oleh pengurus IDI Cabang Jayawijaya dan mendorong para sejawat dokter untuk tetap semangat melakukan pelayanan kesehatan pada masyarakat. “Semoga kejadian ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah pusat dan daerah apalagi pelaku kejadian ini adalah aparat pemerintah,” tutup dr Adib. ***(Siaran Pers)

Artikel ini telah dibaca 45 kali

badge-check

Penulis Berita

Baca Lainnya

Polda Papua Kawal Penertiban Alat Peraga Kampanye di Merauke

25 November 2024 - 20:20 WIT

Kapolresta Jayapura Kota: Personel Garda Terdepan Jaga Suara Rakyat

25 November 2024 - 19:10 WIT

Kronologi Kecelakaan Maut di Jalan Trans Wamena-Karubaga Usai Hadiri Kampanye Akbar

25 November 2024 - 19:07 WIT

Polresta Jayapura Kota Imbau Warga Patuhi Instruksi Walikota di Pilkada

24 November 2024 - 21:06 WIT

Polsek Muara Tami Gencarkan Door to Door untuk Pilkada Damai

24 November 2024 - 20:38 WIT

Pasukan Gabungan Polda Papua Amankan Bimtek KPPS di Tolikara

23 November 2024 - 23:21 WIT

Trending di PERISTIWA