KABARPAPUA.CO, Wamena – Pihak Trigana Air Wamena memberikan klarifikasi terkait surat internal yang beredar di media sosial (medsos). Surat internal ini berkaitan dengan Pesawat Trigana Air tidak RON atau menginap di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, dikarenakan situasi dan kondisi keamanan pasca penembakan salah satu aparat kepolisian.
Menurut Kepala Cabang Trigana Air Wamena Michael Biduri, surat imbauan yang beredar tersebut merupakan surat yang bersifat internal di lingkungan kerja Trigana Air. Surat ini ditujukan kepada seluruh staf Trigana, termasuk pilot dan pramugari yang selama ini menginap di di mess atau hotel di Wamena.
“Sebenarnya surat tersebut hanya ditujukan secara internal di lingkungan kerja karyawan Trigana Air. Kami juga heran kenapa surat ini bisa beredar secara umum di masyarakat,” kata Michael kepada wartawan saat ditemui di kantornya, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, Jumat, 30 Mei 2025.
Menurut Michael, pihkanya bukan pertama kali mengeluarkan surat peringatan, tapi sudah beberapa kali. Bahkan, kata Michael, surat seperti ini sudah pernah dikeluarkan pada tahun 2019 lalu, tapi tidak heboh seperti saat ini karena tidak disebarluaskan ke medsos.
“Tujuan dikeluarkan surat ini, agar karyawan tak merasa bahwa perusahaan tak ada perhatian, melainkan dengan adanya surat ini sebagai tanda adanya perhatian perusahaan kepada karyawan,” jelas Michael.
Jadi perusahaan mengeluarkan surat peringatan ini, kata Michael, agar karyawan bisa savety dan menjaga diri, walapun pihak perusahaan juga tak mengharapkan adanya kejadian tak menyenangkan. Tapi paling tidak, sudah ada peringatan agar bisa menjaga diri.

Suasana ruang tunggu keberangkatan di Bandara Wamena masih berjalan seperti biasanya pasca kejadian penembakan. (KabarPapua.co/Agris Wistrijaya)
“Dalam sebuah perusahaan, hal itu normal terjadi. Namun yang sangat disayangkan, surat tersebut beredar di masyarakat, sehingga menimbulkan prasangka buruk atau penggiringan opini, yang sebenarnya tidak demikian,” terangnya.
Apalagi dalam surat tersebut, kata Michael, menggunakan bahasa-bahasa yang memang khusus dimengerti oleh karyawan. “Tetapi masyarakat tertentu malah menilai bahwa Trigana Air sudah tidak melayani penerbangan lagi di Wamena, padahal tidak demikian,” katanya.
Michael juga mengungkapkan, bahwa sebelum adanya kasus penembakan, memang pesawat Trigana Air setiap hari menginap di Bandara Wamena, termasuk para kru, pilot, dan pramugari menginap di mess dan hotel di Wamena. Tapi setelah penembakan, pesawat Trigana Air sementara waktu menginap di Sentani.
”Namun Trigana Air tetap melayani penerbangan seperti biasa, hanya saja jadwalnya diubah. Dimana yang biasanya jam setengah 8 berangkat dari Wamena ke Jayapura, diubah jadwal di jam 8 atau setengah 9 pagi dari Jayapura ke Wamena. Untuk penerbangan, tetap ada 3 kali penerbangan,” katanya.
Untuk itu, kata Michael, hal itu mereka lakukan semata-mata untuk mengamankan karyawan dan aset pesawat, agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Juga untuk pelayanan penerbangan tetap dilakukan seperti biasa, tetapi hanya megubah jadwal dan Ron Pesawat.
“Sebenarnya, bukan hanya pesawat Trigana Air saja melakukan hal seperti itu, tapi pesawat lain pun melakukan hal yang sama. Mereka mengubah jadwal penerbangan dan Ron Pesawatnya,” terang Michael.***(Agris Wistrijaya)




















