KABARPAPUA.CO, Serui – Tim siswa SMA Kasih Bangsa Serui kembali mengharumkan nama Kabupaten Kepulauan Yapen dengan mengikuti kompetisi internasional World Invention Competition and Exhibition (WICE) di SEGi University, Malaysia.
Penelitian ini membahas tentang dampak salinitas terhadap parasit Perkinsus spp pada kerang bakau (Polymesoda erosa) di kawasan mangrove Aromarea diharapkan tidak hanya meraih prestasi, tetapi juga menjadi rekomendasi kebijakan konservasi lingkungan di Kepulauan Yapen.
Bupati Kepulauan Yapen, Benyamin Arisoy, menyambut baik capaian siswa SMA Kasih Bangsa. Ia menilai penelitian ini sejalan dengan upaya pemerintah daerah dalam mengatasi persoalan lingkungan, khususnya terkait Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Open Dumping di kawasan Sarwandori dan Aromarea.
“Dampak TPA sangat besar terhadap kesehatan masyarakat, mulai dari diare hingga penyakit kulit akibat air yang tercemar. Hasil penelitian siswa ini menjadi pembanding berharga dengan kondisi di Sasawa, Ransarnoni, bahkan bisa ditarik hingga ke Ansus,” kata Benyamin.
Benyamin menegaskan perlunya langkah serius untuk menghentikan sistem pembuangan sampah terbuka dan mengkaji lokasi TPA baru agar tidak menimbulkan pencemaran serupa.
Bupati juga menyampaikan apresiasi kepada Yayasan Kasih Bangsa, para guru, serta siswa yang telah bekerja keras mengangkat nama Kepulauan Yapen.
“Penelitian ini bukan hanya prestasi, tetapi juga inspirasi bagi masyarakat untuk terus menjaga lingkungan. Teruslah berkarya dan bereksperimen demi kepentingan daerah, bangsa, dan negara,” katanya.

Ketua kelompok penelitian, Ian Bernard Silamma menjelaskan, hal ini merupakan kompetisi kedua bagi tim SMA Kasih Bangsa Serui. “Tahun sebelumnya, sekolah kami juga berhasil meraih medali perak pada ajang yang sama,” katanya.
Penelitian ini, kata Ian, bertujuan mengidentifikasi efek salinitas terhadap parasit Perkinsus spp yang menyerang kerang bakau (Polymesoda erosa). Hal ini penting untuk menjaga populasi kerang di hutan mangrove.
“Jika kerang hilang, maka keseimbangan ekosistem akan terganggu karena berkurangnya pengendalian fitoplankton dan produksi oksigen,” terangnya.
Ian juga mengatakan, penelitian dilakukan sejak Juni hingga Desember dengan mengambil 135 sampel kerang di setiap stasiun penelitian, sampel air, serta wawancara dengan petani kerang di Kampung Aromarea.
Direktur Yayasan Sekolah Kasih Bangsa, Priskilla Candra Yanisab Putri, menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah daerah yang telah mendengarkan presentasi para siswa.
Priskilla menambahkan, proses audisi penelitian telah dimulai sejak Mei 2025 dengan menyeleksi lima siswa yang kemudian turun langsung ke lapangan untuk melakukan penelitian.
“Kami ingin penelitian ini tidak hanya menjadi isu, tetapi perlu ada bukti ilmiah bahwa lingkungan Yapen perlu dijaga. Tahun lalu tim SMP Kasih Bangsa juga ikut serta, dan kini giliran tingkat SMA,” jelas Priskilla.
Tim rencananya akan berangkat pada 16 September menuju Surabaya, Jawa Timur untuk uji materi bersama beberapa profesor, sebelum berlanjut ke Malaysia pada 21 September hingga Presentasi lomba dijadwalkan pada 22 September 2025. ***(Ainun Faathirjal)




















