KABARPAPUA.CO, Kota Jayapura – Peter Wamea, keluarga korban dari Melani Miryam Wamea (Mirino), seorang guru yang dibunuh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Kabupaten Yahukimo meminta aparat kepolisian mengusut tuntas pelaku kekerasan. Keluarga korban percaya aparat penegak hukum bisa memberikan keadilan atas peristiwa ini.
“Kami mohon aparat penegak hukum dapat mengusut tuntas kasus ini. Kami percaya Tuhan akan menyertai dan memberikan kekuatan kepada aparat kepolisian dalam melaksanakan tugasnya,” kata Peter penuh haru.
Penyampaian ini disampaikan Peter saat ibadah penguatan atas almarhum yang dilaksanakan di Perumahan Grand Rolo, Koya Tengah, Kota Jayapura pada Senin 13 Oktober 2025.
Ibadah juga dihadiri Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. Cahyo Sukarnito yang mewakili Kapolda Papua, Irjen Pol. Patrige R. Renwarin.
“Kami ikut berduka cita mendalam atas kejadian ini. Almarhumah adalah sosok pengabdi dan pejuang pendidikan di tanah Papua. Beliau juga salah satu putri terbaik Tanah Papua yang gugur dalam pengabdiannya mencerdaskan anak bangsa di Kabupaten Yahukimo,” kata Cahyo.
Cahyo bilang, kehadirannya di rumah duka untuk saling menguatkan, terutama bagi keluarga yang ditinggalkan.
“Ke depan, bersama dengan pemerintah, kami akan terus mengevaluasi peningkatan keamanan dan keselamatan bagi para tenaga pendidik di seluruh wilayah Papua,” katanya.

Melani Miryam Wamea adalah seorang guru di pedalaman Yahukimo. Ia mengabdikan hidupnya untuk mengajar anak-anak di kampung Holuwon, Distrik Holuwon, Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua Pegunungan.
Melani menjadi korban KKB pada Jumat 10 Oktober 2025, saat hendak melakukan penanaman pohon di area perbukitan bersama para guru dan siswanya.
Saat rombongan guru dan siswa tiba di lokasi penanaman pohon, seorang siswa melihat ada dua orang tak dikenal membawa parang dan panah di bawah bukit. Kedua orang ini diduga hendak memalang jalan.
Seorang saksi menuruni bukit untuk memastikan keberadaan orang tak dikenal itu, namun saksi di tengah jalan mendengar teriakan minta tolong dan saat dihampiri, ternyata teriakan itu dari Ibu Guru Melani yang sudah bersimbah darah dan dalam keadaan kritis.
Saksi segera melakukan pertolongan pertama dan mencari bantuan agar korban dievakuasi. Korban lalu dapat segera dievakuasi dengan pesawat MAF ke Wamena dan selanjutnya dibawa ke RS Bhayangkara Jayapura. Namun, nyawa korban tak tertolong setibanya di Jayapura. *** (Katharina/rilis)




















