KABARPAPUA.CO, Kota Jayapura- Kepolisian Daerah Papua melaksanakan kegiatan Latihan Pra Operasi (Latpraops) Sikat Cartenz II – 2025 yang dipusatkan di Grand Ballroom Horison Kotaraja, Selasa 30 September 2025.
Kegiatan dibuka oleh Wakapolda Papua Brigjen Pol Dr. Faizal Ramdhani, mewakili Kapolda Papua Irjen Pol Patrige R. Renwarin. Turut hadir pula para Pejabat Utama Polda Papua.
Karo Ops Polda Papua Kombes Pol Selamat Topan dalam sambutannya menyampaikan operasi ini difokuskan untuk menekan angka kejahatan jalanan, khususnya pencurian dengan pemberatan (curat), pencurian dengan kekerasan (curas), serta pencurian kendaraan bermotor (curanmor) yang masih tinggi di wilayah Papua.
Data kepolisian setempat menjelaskan kasus 3C (curat, curas, curanmor) mendominasi tindak kriminal di Papua, terutama di Jayapura, Keerom, Biak Numfor, Merauke, dan Jayawijaya.
“Angka pengungkapannya masih rendah sehingga diperlukan strategi operasi yang lebih serius,” katanya.
Sementara itu, Wakapolda Papua menekankan operasi ini merupakan langkah strategis Polri dalam menekan, mencegah, serta menindak kejahatan konvensional, khususnya pencurian dengan pemberatan (curat), pencurian dengan kekerasan (curas), dan pencurian kendaraan bermotor (curanmor) yang marak terjadi dan meresahkan masyarakat di Papua.
Berdasarkan data kriminalitas, kasus curanmor mendominasi dengan tingkat pengungkapan yang masih rendah, sementara tren kasus begal juga mengalami peningkatan signifikan sehingga menimbulkan keresahan publik.
Operasi Sikat Cartenz II – 2025 akan berlangsung selama 30 hari mulai 1 hingga 30 Oktober 2025 dengan melibatkan 317 personel gabungan Polda Papua serta enam Polres jajaran, yaitu Polresta Jayapura Kota, Polres Jayapura, Polres Keerom, Polres Biak Numfor, Polres Merauke, dan Polres Jayawijaya.
Target utama operasi adalah menurunkan angka kejahatan 3C minimal 15 persen, meningkatkan pengungkapan kasus sebesar 10 persen memperkuat patroli serta razia di titik rawan, sekaligus membangun sinergi lintas fungsi dengan TNI, pemerintah daerah, tokoh adat, tokoh agama, dan masyarakat.
“Keberhasilan operasi bukan diukur dari besar kecilnya anggaran, tetapi dari sejauh mana Polri mampu menghadirkan rasa aman di tengah masyarakat,” tegasnya. *** (Imelda/rilis)




















