KABARPAPUA.CO, Nabire – Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) Proivinsi Papua Tengah, Agus menjelaskan, ketersediaan stok darah masih jauh dari kata cukup. Sehingga kolaborasi bersama Palang Merah Indonesia (PMI) terus ditingkatkan.
Agus menyebutkan, untuk kebutuhan darah tahun 2025 ini tembus angka 15 ribu kantong. Sementara pasokan darah, hanya mampu menuhi 60-70 persen, yang paling banyak dibutuhkan dalam kasus malaria dan persalinan.
“Paling banyak itu golongan darah O dan A, bukan hanya di wilayah Nabire saja, bahkan 30 persen puskesmas di pegunungan masih kekurangan juga terhadap ketersediaan stok darah,” jelas Agus melalui gawainya.
Agus menambahkan, kurangnya stok darah disebabkan beberapa faktor, diantaranya budaya, mitos, dan kapasitas PMI yang masih terbatas.
“Sehingga kami segera mengambil langkah mengatasinya. Kedepannya, kami akan jalin komunikasi dengan pihak adat. Mensosialisasikan dengan bahasa daerah. Juga pelatihan tenaga lokal dan bekerja sama dengan sektor swasta,” jelasnya.
Agus berharap, langkah yang akan diambil itu dan dukungan semua pihak, dapat meningkatkan pasokan darah hingga 80 persen pada tahun 2025 ini, serta terwujudnya pembangunan LABKESDA di Papua Tengah.
“Saya juga apresiasi langkah luar biasa yang dilakukan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Papua Tengah dalam kegiatan aksi donor darahnya. Sebab dari hasil kegiatan itu, terkumpul sebanyak 25 kantong darah,” jelasnya. ***(Vero)




















