KABARPAPUA.CO, Wamena– Pemerintah Kabupaten Jayawijaya menggelar ibadah bersama dengan tema: “Jayawijaya Bertobat” yang berlangsung di gedung Aithousa Wamena, Rabu 30 Juli 2025.
Ibadah dilaksanakan jelang rekonsiliasi yang akan dilakukan pada 31 Juli, dimana seluruh aktifitas di Kabupaten Jayawijaya dihentikan dan fokus untuk berdoa dan berpuasa di rumah masing-masing sebagai upaya menciptakan perdamaian di Kabupaten Jayawijaya.
Ibadah dihadiri oleh Wakil Gubernur Ones Pahabol, Bupati Jayawijaya dan Wakil Bupati Jayawijaya, para pendeta dari berbagai denominasi gereja, tokoh gereja serta ASN di lingkungan pemda Pemprov Papua Pegunungan dan Pemda Jayawijaya.
Bupati Jayawijaya Atenius Murip, S.H, M.H menyampaikan rekonsiliasi dalam konteks pengakuan kesalahan adalah proses penting untuk memulihkan hubungan yang rusak dan membangun masa depan yang lebih baik, baik dalam skala personal, sosial, maupun politikyang melibatkan pengakuan kesalahan, permintaan maaf, dan pemberian maaf.
“Hal ini merupakan langkah penting dalam menyelesaikan perselisihan dan membangun kembali kepercayaan,” kata bupati.
Bupati menjelaskan tujuan dari rekonsiliasi adalah untuk memulihkan hubungan yang rusak, menciptakan keadilan dan perdamaian. Membangun kepercayaan dan kerjasama serta mendorong pertumbuhan individu dan masyarakat.
“Dalam menjalankan kepemimpinan di Kabupaten Jayawijaya untuk 5 tahun ke depan, kami ingin mengajak kepada seluruh masyarakat Jayawijaya untuk dapat mendukung kegiatan rekonsiliasi ini,” tuturnya.

Dao bersama di Kabupaten Jayawijaya jelang rekonsiliasai “Jayawiajay Bertobat”. Foto: Agris Wistrijaya/KabarPapua.co
Dia bilang, rekonsiliasi tidak hanya dilakukan dengan memulai dari diri sendiri seperti penerimaan diri, melepaskan masa lalu, dan membangun hubungan positif dengan diri sendiri.
“Rekonsiliasi juga sewajarnya dilakukan sesama, dan terpenting rekonsiliasi dengan Tuhan dalam konteks dengan agama,” katanya.
Atenius berharap rekonsiliasi ini dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat Jayawijaya, dalam memulihkan hubungan yang harmonis antar seluruh masyarakat tanpa membedakan suku, agama, dan ras.
“Semua hal yang dilakukan saat ini untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan di Jayawijaya, mencegah konflik baru, menyelesaikan perselisihan, dan memberdayakan masyarakat dalam proses pembangunan perdamaian, dan menjaga perdamaian di masa depan,” katanya. *** (Agris Wistrijaya)




















