KABARPAPUA.CO, Serui – Penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang bertani dari Kepolisian Sektor (Polsek) Yapen Selatan. Kalimat itu sangat pantas disematkan kepada Ajun Inspektur Polisi Dua (AIPDA) Riduan.
Sebab AIPDA Riduan adalah sosok polisi yang dapat bersinergi dan dicintai masyarakat di tempatnya mengemban tugas, di Kampung Mambo, Distrik Kosiwo, Yapen Selatan, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua.
Sejak 2010 lalu, AIPDA Riduan telah membentuk kelompok tani yang dinamai Kelompok Tani Kopiri-Jatimaru. Kelompok tani ini melibatkan masyarakat di Kampung Tatui, Kampung Mambo, dan Kampung Ambaidiru.

Aipda Riduan bertani bersama warga binaan. (KabarPapua.co/Agies Pranoto)
Kini, AIPDA Riduan mengelola tanah seluas 1 hektare dengan menanam beberapa sayur dan buah-buahan. Dia tak hanya mengelola sendiri, tapi dibantu 11 warga yang kebanyakan para petani orang asli Papua (OAP).
“Dulu tanah hanya beberapa meter saja, tapi sekarang makin luas. Sehingga banyak masyarakat yang saya berdayakan di sini. Ada yang kerja, juga ada yang kami bina sebagai petani,” terangnya.
Setiap sore usai bertugas sebagai abdi negara atau hari libur, AIPDA Ridwan menghabiskan waktu di kebun. Selain mengecek teman-teman petaninya di beberapa kampung, tapi juga membagikan bibit tanaman. “Hasil kebun, selain dikomsumsi sendiri, tapi ada juga dijual,” katanya.
Bagi AIPDA Riduan, menjadi abdi negara sebagai seorang polisi, sekaligus seorang petani, dapat dia lakukan bersamaan. Di sisi lain, dia juga bisa mensosialisasikan pentingnya keamanan dan kamtibmas di wilayah tugasnya.

Aipda Riduan bertani bersama warga binaan. (KabarPapua.co/Agies Pranoto)
Pembina Petani yang Bersinergi
Sebenarnya, keterlibatan AIPDA Riduan secara langsung di bidang pertanian, tak lepas dari program pemerintah yang gencar meningkatkan ketahanan pangan di wilayah pedesaan atau perkampungan.
“Saya senang lihat masyarakat berkegiatan positif dengan bertani. Lahan semakin banyak digunakan, ekonomi masyarakat bisa jalan. Tentunya sinergitas kami polisi dan masyarakat bisa terjalin baik,” jelas AIPDA Riduan.
AIPDA Riduan yang menjalankan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto di bidang Ketahanan Pangan ini, juga dikenal sebagai sosok polisi pembimbing dan pembina para petani, yang kebanyakan OAP dalam mengelola lahan pertaniannya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kepulaun Yapen, Agustinus Bonai mengatakan, Asta Cita Presiden Prabowo Subiato selaras dengan Aksi Ketahanan Pangan Polres Kepulauan Yapen. Sehingga melalui aksi sosok AIPDA Riduan di Distrik Kosiwo, jelas membantu pemerintah daerah (pemda).
“Semua pihak membantu program kebutuhan pangan masyarakat, termasuk kepolisian seperti yang telah dilakukan AIPDA Riduan. Ini juga terlihat sinergitas Polri, TNI, dan pemda menjaga ketahanan pangan dengan aksi penanaman di dua lahan kelompok tani di wilayah Distrik Kosiwo,” terang Agustinus.
Salah satu warga binaan petani dari AIPDA Riduan adalah Hanok Meliaki Aroma. Sosok pemuda Papua dari Distrik Kosiwo itu, telah dibina selama 2 tahun untuk menjadi petani yang handal dan sukses.

Aipda Riduan bertani bersama warga binaan. (KabarPapua.co/Agies Pranoto)
“Sa (saya) kerja di sini senang sekali. Sa bisa dapat ilmu tentang cara berkebun dan bisa tambah penghasilan. Jadi sa mewakili masyarakat, kitorang (kami) rasa terjaga keamanannya tapi juga bisa belajar bertani dan termotivasi belajar bisnis pertanian dari Pak Riduan,” terang Hanok.
Kapolres Kepulauan Yapen, AKBP Ardyan Ukie Hercahyo berharap apa yang telah dilakukan AIPDA Riduan menjadi pemantik semangat anggota polisi lainnya, terutama dalam bersinergi dengan masyarakat.
“Sangat inovatif dan tentunya menjadi contoh personel polisi lainnya. Selain berperan sebagai polisi menjaga kamtibmas, tapi juga merangkul masyarakat berkegiatan positif bertani,” terang Ardyan.
Sebagai negara agraris, Indonesia dan khususnya Papua, memiliki potensi cukup besar pada sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Apalagi kondisi geografis Papua mendukung, memiliki lahan subur dan iklim tropis ideal untuk berbagai jenis komoditas pertanian dan perkebunan.
Tapi di sisi lain, pekerjaan sebagai petani, dianggap tak memiliki martabat tinggi dan menjadi peluang berpenghasilan besar. Apalagi, potret petani adalah orang yang lanjut usia, kumuh, kotor, dan tak berpendidikan sangat melekat. Itu menjadi tugas semua orang untuk mengubahnya.
Sehingga, sosok polisi seperti AIPDA Riduan jelas sangat dibutuhkan, guna mendorong generasi muda Papua bangga menjadi seorang petani, yang nantinya berguna bagi dirinya dan kehidupan orang lain.

Aipda Riduan bersama masyarakat petani. (KabarPapua.co/Agies Pranoto)
Bhabinkamtibmas yang Merangkul
AIPDA Riduan sendiri adalah seorang Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Distrik Kosiwo, Kabupaten Kepulauan Yapen.
Sebagai Bhabinkamtibmas, dia harus membantu masyarakat mengatasi masalah kamtibmas di lingkungannya. Sehingga peran AIPDA Riduan jelas cukup vital dan strategis.
Untuk itu, AIPDA Riduan harus bisa merangkul semua pihak dan memberikan layanan atau bantuan kepolisian, terlebih di kampung atau desa dan kelurahan yang tidak memiliki kantor polisi atau jauh dari kantor polisi.
Apalagi tugas pokok Bhabinkamtibmas melakukan pembinaan masyarakat, serta melakukan deteksi dini dan mediasi atau negosiasi, agar tercipta kondisi yang kondusif di kampung atau desa.

Aipda Riduan bertani bersama warga binaan. (KabarPapua.co/Agies Pranoto)
Bhabinkamtibmas bertugas di tingkat kampung atau desa dan kelurahan, sesuai Perkap Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Bhabinkamtibmas.
Sehingga, Bhabinkamtibmas penghubung langsung antara institusi Polri dengan masyarakat di tingkat kampung atau desa dan kelurahan dalam wilayah kerjanya.
Inilah yang dilakukan AIPDA Riduan, selain sebagai pembina petani di bidang pertanian di sejumlah kampung di wilayah Distrik Kosiwo, tapi dia juga harus bisa merangkul dan memiliki kedekatan dengan semua kalangan masyarakat.
AIPDA Riduan kerap mengimbau masyarakat di kampung agar tidak mudah terprovokasi isu yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, terutama isu di media sosial atau persoalan yang dapat merugikan diri sendiri maupun masyarakat umum. ***(Agies Pranoto)




















