Menu

Mode Gelap
Antisipasi 1 Desember, TNI Polri Patroli 2×24 jam di Kota Jayapura Pesan Sejuk Polri di Deklarasi Pemilu Ceria Tanah Papua Gedung Perpustakaan SMPN 5 Sentani Terbakar Hibah Pilkada Jayapura Cair 10 Persen, Deposit Kas Daerah Rp23 Miliar Disorot 1 Desember di Jayapura: Polisi Amankan Ratusan Botol Miras Ilegal, Penjual Ngacir

NOKEN · 4 Jul 2025 21:04 WIT

Merdeka Belajar dalam Bingkai Kearifan Lokal: Aktualisasi Pemikiran Ki Hajar Dewantara di Mimika, Papua Tengah


					Foto bersama rombongan Gubernur Papua Tengah Meki Nawipa dengan para guru dan murid di SATP Kabupaten Mimika. (KabarPapua.co/Imelda) Perbesar

Foto bersama rombongan Gubernur Papua Tengah Meki Nawipa dengan para guru dan murid di SATP Kabupaten Mimika. (KabarPapua.co/Imelda)

OPINI

*Penulis: Neles Gabriel Kum dan Krinus Kum (Tokoh Intelektual Suku Amungme)

POLA pendidikan dengan konsep Merdeka Belajar yang diusung Ki Hajar Dewantara, menekankan pada kebebasan peserta didik untuk berkembang sesuai kodrat alam dan zaman, dengan menempatkan guru sebagai pamong yang membimbing secara humanis.

Prinsip-prinsip pemikiran Ki Hajar Dewantara seharusnya  diaktualisasikan dalam pembelajaran yang dibingkai kearifan lokal pada praktik pendidikan di Kabupaten Mimika, Papua Tengah.

Kabupaten Mimika memiliki realitas pendidikan yang unik, yaitu: Mimika multietnis dan multibahasa, yang mana Mimika merupakan rumah bagi masyarakat Amungme dan Kamoro, serta beberapa pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia.

Ketimpangan akses pendidikan, yang mana sekolah-sekolah di wilayah Distrik Mimika Baru dan Kuala Kencana relatif lebih maju, dibanding daerah pedalaman seperti Distrik Tembagapura, Jila, dan Hoya.

Minimnya guru tetap di pedalaman, banyak sekolah hanya memiliki satu atau dua guru, bahkan mengandalkan guru kontrak. Lalu, kesenjangan digital dan infrastrutur, dimana akses internet dan fasilitas penunjang Merdeka Belajar masih sangat terbatas di wilayah pegunungan dan pesisir.

Tokoh Intelektual Suku Amungme, Neles Gabriel Kum. (IST)

Merdeka Belajar Perlu Dibarengi dengan Kearifan Lokal

Kearifan lokal bisa dilakukan dengan penerapan bahasa daerah sebagai alat literasi awal yang menekankan pendidikan berdasarkan kodrat alam dan budaya. Hal lainnya ialah cerita rakyat dan mitos sebagai sumber pembelajaran.

Guru juga diharapkan bukan hanya sebagai pengajar, namun juga penuntun dan penjaga nilai lokal, yang mana dalam Merdeka Belajar guru perlu mendapatkan pelatihan budaya lokal. Sehingga mampu membangun hubungan yang harmonis antara siswa dan orang tua.

Terus yang paling penting ialah, Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5 yang dilakukan dengan penerapan kurikulum dengan berkegiatan membuat noken (tas khas Papua), mengolah sagu, berladang tradisional, ataupun menguasai lagu adat.

Tokoh Intelektual Suku Amungme, Krinus Kum. (IST)

Realita Pendidikan dan Tantangan di Kabupaten Mimika

Kompleksitas wilayah serta situasi geografis yang menantang menyebabkan akses terhadap  layanan pendidikan masih belum merata, terutama di distrik terpencil seperti Tembagapura,Jila, Agimuga, dan Hoya.

Beberapa tantangan utama pendidikan di Mimika antara lain: Keterbatasan tenaga pendidik berkualitas, terutama di wilayah terpencil. Kurangnya fasilitas dan sarana belajar seperti perpustakaan, laboratorium, dan akses internet.

Juga kesenjangan budaya antara guru dan siswa, terutama jika guru berasal dari luar Papua. Tingkat partisipasi belajar yang rendah, terutama pada jenjang SMP dan SMA. Lalu, ketimpangan ekonomi keluarga yang membuat banyak anak harus bekerja membantu orang tua.

Namun potensi besar juga ada, yakni: antusiasme anak-anak untuk sekolah masih tinggi. Masyarakat lokal mendukung pendidikan, dan lembaga keagamaan, adat, serta pemerintah daerah mulai berperan aktif dalam pendidikan. Inilah ruang di mana nilai-nilai Ki Hajar Dewantara dapat dihidupkan kembali.

Untuk itu menurut pandangan kami, pendidikan karakter yang dilandasi oleh tiga asas pokok Ki Hajar Dewantara, tepat diberlakukan diantaranya:

Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan memberi teladan). Ing Madya Mangun Karso (di tengah membangun semangat). Dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan).

Asas-asas ini menjadi dasar penting dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa secara alami dan kontekstual, khususnya dalam ruang sosial budaya Mimika yang unik dan dinamis.

Kami berharap nilai-nilai pendidikan Ki Hajar Dewantara yang memiliki kekuatan luar biasa dalam membangun motivasi belajar siswa, dapat diterapkan di Kabupaten Mimika, yang selama ini berada di tengah tantangan struktural dan kultural.

Dengan membingkai pendidikan sebagai proses yang membebaskan, membudayakan, dan memberdayakan, siswa tidak hanya akan menjadi cerdas secara akademis, tetapi juga tangguh, berintegritas, dan cinta pada tanahnya sendiri. ***

*) Isi opini atau artikel ini menjadi tanggungjawab penulis sepenuhnya, bukan menjadi tanggungjawab redaksi KabarPapua.co.

Artikel ini telah dibaca 131 kali

badge-check

Penulis Berita

Baca Lainnya

Strategi BTM dan “Konflik” Komunikasi Politik

2 July 2025 - 12:52 WIT

Strategi BTM dan Konflik Komunikasi Politik

2 July 2025 - 12:21 WIT

Menakar Langkah MDF

2 June 2025 - 09:29 WIT

Perubahan Iklim Global: Ancaman Nyata bagi Pasifik dan Pesisir Papua  

30 May 2025 - 21:17 WIT

Energi Hijau Papua: Jalan Tengah Konservasi dan Keadilan Sosial

28 May 2025 - 10:47 WIT

Penerapan Etika Kesehatan Masyarakat dalam Program Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS

19 May 2025 - 16:20 WIT

Trending di NOKEN