KABARPAPUA.CO, Kota Jayapura – Pedagang di Pasar Otonom, Kota Jayapura, Papua merasa tercekik dengan pembatasan jam operasional jualan yang dikeluarkan pemerintah daerah.
Hal ini terungkap saat Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Jayapura, Abisai Rollo-H. Rustan Saru (ABR-Harus) blusukan di Pasar Otonom, Rabu 16 Oktober 2024.
Blusukan untuk mendengar curhatan pedagang dilakukan ABR-Harus di tengah rintik hujan. Keduanya tidak segan-segan menjumpai hampir seluruh pedagang yang berderet di Pasar Otonom.
Selain berbincang, ABR-Harus turut belanja barang jualan pedagang. “Saya turun ke pasar otonom karena selain sesuai jadwal dari KPU. Saya berkampanye di Distrik Abepura sekalian juga bersilaturahmi bersama warga di Pasar.Otonom,” kata Abisai Rollo, Rabu malam.
Menurut Abisai Rollo, kehadirannya di Pasar Otonom juga mendengar curhatan para pedagang pasca penertiban oleh pemerintah Kota Jayapura. Penertiban pedagang dipimpin Penjabat Walikota Jayapura, Christian Sohilait.
“Beberapa waktu lalu juga kan kita tahu di Pasar Otonom ada penertiban yang dilakukan langsung oleh Pj Walikota Jayapura. Penertiban bersama Satpol PP serta kepala pasar, sehingga saya turun mendengar beberapa pendapat dari mereka,” terangnya.
Dari hasil blusukan, Abisai Rollo mengaku mendapat banyak pendapat dari para pedagang. Selain masalah jam operasional pasar, ada juga protes pedagang yang tidak kebagian lapak.
“Mereka (para pedagang) mau semua jualan di dalam area pasar, sehingga para pembeli semua bisa belanja ke dalam pasar tidak putar di luar saja,” bebernya.
Masih menurut Abisai Rollo, penertiban pasar telah berdasarkan aturan yang berlaku oleh Pemerintah Kota Jayapura. “Saya juga sering melintas dan melihat banyak yang berjualan di atas saluran dan itu tidak boleh,”katanya lagi.
Salah satu pedagang, Lina, mengungkapkan bahwa para pedagang Pasar Otonom menginginkan jam operasional dikembalikan seperti semula. Sebab, pembatasan jam operasional membuat pedagang merugi, karena banyak dagangan rusak.
“Saat ini kami mau jangan batasi waktu operasional berdagang. Kami pedagang hanya mendapat keuntungan 1.000-2.000 rupiah saja. Dengan pembatasan waktu yang ada barang jualan kami banyak yang rusak,” ujar Lina diiringi riuh tepuk tangan.
Senada disampaikan Pribadi Wahyu Lestari, pedagang asal Arso 7. Menurutnya, pedagang sudah melaksanakan instruksi pemerintah Kota Jayapura tanpa sosialisasi hingga mengalami kerugiaan.
“Kami merasa sangat bergejolak dengan pasar otonom, setiap ada peraturan tidak pernah ada sosialisasi terlebih dahulu. Perintah demi perintah sudah kami laksanakan tapi kerugian selalu kami alami luar biasa. Pembatasan waktu tidak relevan bagi kami, kami mau waktu yang semula diterapkan dari jam 14.00 sampai malam,” ungkap Lina.
Lina bilang, pedagang menginginkan jam operasional kembali seperti semula. “Saya rasa ini waktu ini tidak mengganggu waktu pasar yang lama. Karena Pasar Youtefa itu beroperasi dari pagi sampe sore, dan para pembeli juga pasti merasa keberatan,” ujarnya lagi.
Usai mendengar semua curhatan para pedagang, ABR-Harus berujar akan segera merealisasikan keinginan para pedagang jika dirinya nanti terpilih menjadi Walikota Jayapura.
“Semua sudah kami berdua rencanakan. Ketika nanti terpilih semua pedagang akan kami data, dan pasar Youtefa akan diperbaharui dibuat menjadi pasar yang representatif,” kata Abisai Rollo didampingi Rustan Saru.
Mengenai penertiban dan waktu operasional, ia meminta Ketua sementara DPRD Kota Jayapura, Yuli Rachman segera melakukan pertemuan bersama pemerintah dan pedagang.
“Terkait penertiban pedagang di pinggiran jalan, saya pikir itu sesuai dengan aturan. Sehingga tidak akan ada lagi terjadi kemacetan. Lapak-lapak yang berada di atas saluran air juga tidak boleh ada karena akan mengganggu sekali,” katanya. *** (Natalya Yoku)