KABARPAPUA.CO, Kota Jayapura– Tradisi Bakar Batu dalam sejarahnya merupakan tradisi masyarakat di pegunungan tengah Papua. Bagi masyarakat di pegunungan, tradisi bakar batu merupakan pesta makan daging babi.
Namun dalam perkembangannya, daging babi dapat digantikan dengan ayam bahkan ikan. Ini menjadi bukti toleransi dari masyarakat Papua yang sangat menghargai masyarakat yang tak mengkonsumsi daging babi.
Bakar batu pada tradisi di Papua juga menjadi ritual masak bersama yang bertujuan untuk bersilaturahmi, menyambut kebahagiaan hingga bersyukur kepada Sang pemberi kehidupan.
Proses bakar batu dilakukan terlebih dahulu dengan membakar batu di atas kayu hingga panas dan dimasukan dalam lubang yang di alas rumput. Kemudian di atas rumput itu diletakan daging babi, ayam atau ikan, umbi-umbian hingga sayur mayur. Semua bahan olahan tadi ditutup kembali dengan dengan dedaunan dan di atasnya kembali diletakan batu. Konsep bakar batu dalam bahasa kekinian adalah seperti makanan yang diletakan dalam oven.
Masyarakat yang datang biasanya duduk berkelompok. Sambil menunggu hidangan matang, masyarakat yang hadir kerap menari bersama merayakan kegembiraan.
Jika makanan sudah matang, masyarakat yang duduk berkelompok dibagikan makanan hasil olahan bakar batu. Satu hal yang menakjubkan dalam pesta bakar batu adalah semua orang mendapatkan bagian yang rata.
Pada masing-masing tempat atau suku, bakar batu dikenal dengan berbagai nama. Misalnya di Paniai disebut Gapiia, Wamena disebut Kit Oba Isogoa dan Jayawijaya disebut Barapen. *** (Natalia Yoku)