Menu

Mode Gelap

LINGKUNGAN · 20 Sep 2017 ·

Terungkap, Mengapa Cuaca Panas Melanda Papua dan Papua Barat


					Ilustrasi peta cuaca Pulau Papua. (KabarPapua.co/BMKG) Perbesar

Ilustrasi peta cuaca Pulau Papua. (KabarPapua.co/BMKG)

KABARPAPUA.CO, Manokwari – Menurut Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Manokwari, Denny Putiray, selama beberapa hari ini, cuaca panas yang melanda Papua dan Papua Barat merupakan fenomena alam biasa yang sering terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau.

“Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cuaca panas ini, salah satunya faktor gerak semu matahari yang saat ini berada di sekitar garis khatulistiwa, yang saat ini berada tepat di atas khatulistiwa sekitar tanggal 15 September 2017 sampai 1 Oktober 2017,” jelas Denny.

Menurut Denny, radiasi matahari yang masuk cukup optimum, hal ini ditandai dengan hasil monitoring suhu udara maksimum berkisar antara 34-37,5 derajat celcius. “Ini masih dalam kondisi normal, suhu maksimum yang pernah terjadi berdasarkan data klimatologis dalam 30 tahun terakhir antara 34-37,5 derajat celcius,” paparnya.

Baca Juga >  Inilah 8 Poin Rekomendasi Rakor Fordasi 2023 di Papua Barat

Selain faktor tersebut, kata Denny, faktor lainnya adalah adanya aliran massa udara dingin dan kering yang bergerak dari Australia menuju wilayah Indonesia sebelah selatan khatulistiwa, terutama di sekitar Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga Merauke.

“Kondisi ini ditandai dengan adanya kelembapan udara yang kurang dari 60 persen pada ketinggian 3.000 meter hingga 5.000 meter dari permukaan bumi. Wilayah Jawa, Sumatera, NTT dan Merauke memang sedang kering dan panas karena masuk musim kemarau,” jelas Denny.

Sedangkan di Papua dan Papua Barat, kata Denny, sedikit berbeda dengan wilayah Indonesia lainnya. “Sebab kita masih ada banyak hutan, jadi geografis kita berbeda. Maka musim kemaraupun tetap masih bisa menikmati hujan. Di Papua dan Papua Barat tak segersang mereka,” terangnya.

Baca Juga >  Ini Alasan Polres Jayapura Gelar Nikah Dinas di Dusun Sagu

Namun menurut Denny, untuk wilayah Merauke, walaupun berada di peta Papua, namun musimnya sama seperti di Jawa, Sumatra dan NTT. “Musim kemarau, nanti di bulan Oktober-November mereka akan masuk di musim hujan,” paparnya.

Menurut Denny, di laut utara Papua dan Papua Barat (Raja Ampat) mengalami titik suhu udara rendah, terkena dampak suhu permukaan air laut dengan kecepatan angin 10-15 knot atau 20-30 kilometer per jam yang bertiup dari timur hingga tenggara. “Ini berdampak pada tinggi gelombang laut mencapai 1,5 meter,” ungkapnya. ***(Oki Rose)

Artikel ini telah dibaca 18 kali

badge-check

Penulis Berita

Baca Lainnya

Ini Alasan Polres Jayapura Gelar Nikah Dinas di Dusun Sagu

27 September 2023 - 16:31

Jelang AIS di Bali, PBB Akui Indonesia Berhasil Turunkan Sampah Plastik Laut 39 Persen

25 September 2023 - 21:50

Ancaman El Nino dan Kepunahan Salju Abadi Puncak Jaya

28 Agustus 2023 - 22:00

WWF Papua Gelar Workshop Pusat Belajar Holey Narey

11 Agustus 2023 - 22:20

Sinergi Lestarikan Alam di Kawasan Wisata Jayapura, Tanam Ribuan Bibit Pohon Kelapa

5 Agustus 2023 - 13:59

Alasan Kuat Pemilik Tanah Timbun Hutan Mangrove di TWA Teluk Youtefa Jayapura

13 Juli 2023 - 22:14

Trending di LINGKUNGAN