KABARPAPUA.CO, Kota Jayapura – Kerja sama antara Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura dengan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah adalah yang ketiga kalinya dilaksanakan.
Kerjasama itu diperkuat dengan penandatanganan Momerandum of Understending (MoU) atau kerjasama itu, yakni terkait bidang pendidikan, yakni penerimaan mahasiswa baru di UKSW, khususnya bagi anak asli Port Numbay (Kota Jayapura). Penandatanganan ini dilakukan di Grand Abe Hotel, Kota Jayapura, Papua, Rabu (3/2).
Dihadapan para kepala sekolah tingkat SMK/SMK di Kota Jayapura, Walikota Jayapura, Benhur Tommy Mano usai melakukan penandatangan mengaku pada penerimaan pertama dan kedua sangat kacau balau. “Sistem penerimaannya juga tak bagus, sehingga siswa yang dikirim ke sana banyak yang tak lulus,” katanya.
Untuk itu, pada kesempatan yang ketiga kalinya ini, kata Mano, dirinya berpesan kepada Kepala Dinas Pendidikan yang baru, agar penerimaan calon mahasiswa yang bakal kuliah di UKSW Salatiga bisa ditertibkan dan jangan asal diterima anak asli Port Numbay.
“Itu yang utama. Para tim pengajar lebih mengenal kepribadian anak didiknya. Harus cermat dan selektif. Karena dengan program ini saya dicibir oleh orang Papua karena kurang berhasil. Padahal ini adalah afermatif action untuk anak-anak asli Port Numbay,” jelas Mano.
Menurut Mano, pendidikan itu milik semua orang, tapi di tanah Papua ini ada pemberian perhatian khusus kepada anak-anak asli Papua, khususnya mereka yang bermukim di tanah Port Numbay.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor UKSW, John A Titelay mengatakan, pihaknya senang mendapatkan kepercayaan untuk mendidik anak-anak Port Numbay. “Selain anak anak-anak Papua, seluruh masyarakat Indonesia yang ingin belajar di UKSW kami terima,” katanya.
Terkait presentasi keberhasilan dari kerjasama ini, kata John, hal yang sama seperti yang dikatakan Walikota Jayapura, bahwa angkatan pertama prosesnya kurang tepat dan pada angkatan kedua di semester pertama belum menunjukan hasil yang baik.
“Yang berhasil banyak dan yang tak berhasil juga ada, tapi kami tetap tegas dengan ketentuan akademi bahwa yang berhasil akan meneruskan, sedangkan yang tak akan dipulangkan. Anak-anak ini telah membuktikan bahwa mereka bisa bersaing dengan anak-anak dari daerah lain di Indonesia,” kata John. ***(Ramah)