KABARPAPUA.CO, Kota Jayapura – Balai Besar Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan Papua menggelar Rapat Koordinasi Pencegahan Pengendalian dan Penanganan kejadian African Swine Fever (ASF) di seluruh Pulau Papua.
Rakor berlangsung di Suni Garden Sentani, Kabupaten Jayapura, Jumat 20 Desember 2024. Rakor dibuka Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat Panggabean. Penjabat Gubernur Papua, Ramses Limbong turut hadir bersama Deputi Bidang Karantina Hewan, Sriyanto.
Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat Panggabean, menjelaskan Papua telah dibentuk Satgas yang melibatkan sebanyak 12 Institusi termasuk TNI/ Polri di dalamnya. “Jadi kita sepakat membentuk satgas untuk pencegahan ASF ini,” jelasnya.
Ia mengatakan ASF ini tidak menyebar ke manusia dan ASF bedah dengan virus Covid sebelumnya. “Jadi virus ini dia hanya menyebar antara sesama hewan atau ternak babi saja,” ujar Panggabean.
Saat ini untuk ASF belum terdapat vaksin, namun serum sudah ada dengan tingkat efektivitas belum tergolong baik, masih di bawah 50 persen.” Namun ini adalah langkah yang dilakukan segera,” ucapnya.
Pulau Pertama Kali Tertular ASF
Sementara itu, Deputi Bidang Karantina Hewan, Sriyanto, menjelaskan penyakit ASF disebabkan oleh virus dari satu-satunya family aspiride yang bersifat sangat menular dan mematikan. Virus ini menyebabkan kematian hingga 100 persen.
Pada tahun 2021, Pulau Papua pertama kali tertular ASF yakni di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat . Hingga saat ini ASF masih menular di Papua dan terakhir dilaporkan di Nabire, Provinsi Papua Tengah.
Selain pemusnahan ternak yang terinfeksi, pihaknya juga melakukan pencegahan dan pengendalian yang melibatkan berbagai pihak. Hal ini untuk melakukan peningkatan pengawasan lalulintas media pembawa ASF.
“Pembatasan lalu lintas media pembawa efek komunikasi dan edukasi kepada peternak dan masyarakat umum. Kemudian, penerapan cara beternak yang baik di security pada kandang babi, instalasi karyawan maupun tempat pemasukan dan tempat pengeluaran,” ujarnya.
Menurutnya, pembentukan Satgas ASF di Papua, sehingga ASF dapat ditanggulangi secara sinergis, kolaboratif, masif dan efektif. Ia berharap seluruh pihak dapat memberikan dukungan dan penguatan dalam mengantisipasi terjadinya lalu lintas ilegal tersebut.
Batasi Impor Daging Babi
Penjabat Gubernur Papua, Ramses Limbong menilai Rakor Pencegahan Pengendalian dan Penanganan kejadian ASF ini sangat bagus dan bermanfaat.
Ia meminta agar virus ASF diberantas hingga jumlahnya nihil di Papua. Salah satunya dengan membatasi impor apapun dari luar Papua, khusus daging babi, baik olahan maupun yang hidup.
Ramses berharap Satgas ASF agar dapat bekerja secara efektif dalam melakukan langkah pencegahan sehingga jumlah virus tidak menyebar meluas di Papua.
“Kalau misalnya ada ternak yang terpapar harus segera dimusnahkan. Diharapkan kasus ini tidak bertambah jumlah yang terpapar virus tersebut, sehingga tidak berdampak terhadap kebutuhan masyarakat apalagi jelang Nataru,” pungkasnya. *** (Imelda)