KABARPAPUA.CO, Kota Jayapura – Pasca tingginya curah hujan sepekan terakhir di wilayah Kabupaten Jayapura dan sekitarnya, membuat PLTA Orya di Genyem, Kabupaten Jayapura, Papua harus disetop pengoperasiannya untuk sementara waktu per tanggal 27 Maret 2016.
“Diistirahatkannya PLTA itu, lantaran mengalami macet oleh sedimen lumpur setinggi tujuh meter yang masuk melalui bendungan dan dialirkan ke terowongan. Sehingga mengganggu operasional interkoneksi di dua turbin yang berkapasitas 2 X 10 megawatt (MW),” kata Manager Bidang Teknik PT PLN (Persero) Wilayah Papua dan Papua Barat, Edison Rajagukguk, belum lama ini.
PLTA Orya sendiri mengalami defisit 5 MW dari beban puncak 70 MW. Bahkan semenjak beroperasi dari tahun 2007 lalu, PLN dibebankan 18 MW untuk menerangi wilayah Jayapura, Sentani, Abepura, Genyem dan Arso.
Untuk itu, PT PLN (Persero) Wilayah Papua dan Papua Barat, mengupayakan beberapa PLTA miliknya, yakni PLTA Yarmokh di Waena, Sentani, dan PLTA Arso agar tidak terjadi pemadaman bergilir di wilayah Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura.
PLTA Orya yang menggunakan pembangkit tenaga air, yang turbinnya membutuhkan kecepatan air 6,5 per detik di dua turbin PLTA Orya selama 24 jam. Sehingga dalam waktu empat hari kedepan, PLN berupaya akan menyelesaikannya dibantu 30 orang personilnya dan dua alat berat untuk mengeruk sedimen lumpur di bendungan.
“Air yang kami masukkan ke turbin itu harus murni tak mengandung lumpur atau karena air itu debitnya ditentukan juga karena sedimennya banyak berarti tak terpenuhi. Kecukupan air musim hujan belum tentu bisa sesuai dengan PLTA kalau saluran tak tertutup lumpur. Sehingga ketebalan sedimen lebih tebal jika dibanding volume air,” kata Edison.
Manager Sektor Pembangkit PT PLN Papua dan Papua Barat, Paul Kiring berpendapat, selain sedimen lumpur, macetnya penguras juga akibat rating pohon dan sisa sampah kelapa sawit, sehingga pihaknya harus berkordinasikan lagi dengan pemerintah daerah dan pengusaha kelapa sawit untuk tidak membuang sampahnya sembarangan karena aliran sungai terkoneksi langsung dengan daerah Lereh, Papua.
“Ini di luar prediksi kami sebab selama tiga bulan kami selalu lakukan pembersihan. Tapi karena intensitas curah hujan yang tinggi ini maka operasi dua unit turbin kami surplus 2 MW. Bahkan kami sempat mengoperasikan 3 MW saja dari dua unit turbin kami,” kata Paul. ***(Ramah)