KABARPAPUA.CO, Manokwari – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Manokwari Denny Putiray mengatakan, Papua dan Papua Barat mengalami setengah gerhana matahari.
“Berbeda halnya gerhana matahari total yang terjadi di daerah wilayah Bengkulu, Pelambang, Bangka Belitung, Palangkarya, Balipapan, Palu dan Ternate,” kata Denny, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin, 7 Maret 2016.
Menurut Denny, terjadinya setengah gerhana matahari tak hanya di Papua dan Papua Barat, tapi juga di daerah Pulau Jawa, Sumatra Utara, dan Kalimantan. “Kejadian gerhana matahari tergolong sangat langka, karena hal ini dapat terulang lagi 350 tahun akan datang, di tempat yang sama,” katanya.
Wilayah Papua Barat sendiri, kata Denny, gerhana matahari sebagian sangat rentan di daerah Waisai (0,99 derajat), Kaimana (0,82 derajat), Manokwari (0.95 derajat).
“Gerhana matahari terbuka pada pukul 8.40 WIT dan berakhir pukul 11. 30 WIT. Terjadinya puncak gerhana matahari, durasinya yang paling lama ada di Manokwari sekitar 2 jam 59 menit,” jelas Denny.
Denny berharap terjadinya gerhana matahari di saat cuaca cerah, sehingga semua dapat menyaksikannya, karena pas di saat libur bisa menyaksikan gerhana matahari.
BMKG seluruh Indonesia terus memantau perkembangan semenjak tanggal 6-12 Maret 2016, yaitu suhu udara, kelembapan, radiasi matahari dimulai pukul 06.00 WIT-19.00 WIT. “Selain itu memantau terjadi perubahan cuaca seperti hujan, guntur dan kilat dilaporkan per 5 menit,” kata Denny.
Menurut Denny, orang tua harus waspada dan mengawasi anak-anaknya yang di bawa umur, ketika melihat langsung gerhana matahari dengan mata telanjang, seharusnya gunakan kaca mata khusus yang dapat memfilter Ultra Fiolet dan Infra Red (Infra Merah).
“Jika menggunakan filter ini, maka tidak akan terkena dampak kebutaan mata nantinya. Memang tidak secara langsung dampak yang dirasakan, akan tetapi dari dampak itulah akhirnya mengalami gangguan saraf mata,” jelas Denny. ***(Oki Rose)