KABARPAPUA.CO, Kota Jayapura – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Papua deklarasi tolak radikalisme di tanah Papua, termasuk tindakan radikalisme yang terjadi di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan dan penyerangan di Mabes Polri, Jakarta.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Papua, KH. Saiful Islam Al Payage menyampaikan, pemuka agama di Papua mengutuk keras perbuatan radikalisme sebab sangat menciderai kesatuan umat beragama di Indonesia.
“Kami mengimbau kepada seluruh umat tidak terprovokasi dengan kejadian di Makassar dan Mabes Polri. Kami harap semua menahan diri, menjaga keluarga, lingkungan dan bangsa agar tak tertular gerakan radikalisme yang sangat membahayakan kesatuan bangsa,” kata Al Payage, Sabtu, 3 April 2021.
Menurut Al Payage, negara harus betul-betul hadir di tengah masyarakat dan selektif terhadap aliran atau paham yang masuk ke Indonesia, agar tidak menjadi benih-benih teroris yang dapat memecah belah kesatuan bangsa.
“Di sini FKUB Papua sagat mendukung kepolisian agar betul-betul mengusut tuntas siapa yang ada dibalik semua kejadian terorisme dan unsur-unsur yang terlibat, sehingga bisa disampaikan dengan transparan kepada masyarakat,” ujarnya.
Ia menegaskan, terorisme tidak mewakili agama Islam, bahkan MUI Pusat dan provinsi sudah mengeluarkan fatwah bahwa orang-orang yang mengikuti radikalisme hukumnya adalah haram. Sebab dalam ajaran Islam tidak boleh menghilangkan nyawa orang, apalagi menghancurkan tempat ibadah orang lain.
“Inti dari agama Islam adalah membawa rahmat bagi seluruh alam, menyampaikan Islam dengan penuh damai dan toleransi antar umat beragama. Pelaku terorisme itu bukan mengatasnamakan Islam, tapi oknum yang mendompleng atas nama suatu agama,” jelasnya.
Tokoh masyarakat Kabupaten Sentani, Yanto Eluay menyatakan dengan tegas mengutuk kejadian peristiwa bom di Gereja Katedral Makassar dan berharap hal-hal tersebut tidak terjadi di tanah Papua. “Kami masyarakat adat sebagai tuan rumah membangun hubungan yang baik dan kita bersama menjaga tanah Papua agar tetap damai,” tuturnya. ***(Liza Indriyani)