Menu

Mode Gelap
Antisipasi 1 Desember, TNI Polri Patroli 2×24 jam di Kota Jayapura Pesan Sejuk Polri di Deklarasi Pemilu Ceria Tanah Papua Gedung Perpustakaan SMPN 5 Sentani Terbakar Hibah Pilkada Jayapura Cair 10 Persen, Deposit Kas Daerah Rp23 Miliar Disorot 1 Desember di Jayapura: Polisi Amankan Ratusan Botol Miras Ilegal, Penjual Ngacir

NOKEN · 21 Jun 2024 19:53 WIT

Pengendalian Vektor Nyamuk: Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Malaria


					Ilustrasi Nyamuk. (Credit: pexels.com/pixabay) Perbesar

Ilustrasi Nyamuk. (Credit: pexels.com/pixabay)

OPINI

*Penulis: Jennifer Pawatang Sikora (Program Studi Biologi, Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana, E-mail: 31210433@students.ukdw.ac.id)

Profil Penyakit Tular Vektor

MALARIA merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Plasmodium. Di Indonesia, spesies Plasmodium yang paling sering dijumpai adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.

Penularan penyakit malaria ke manusia dapat melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. betina, yang telah terinfeksi Plasmodium dan melalui transfusi darah, serta jarum suntik yang telah terkontaminasi Plasmodium.

Gejala yang ditimbulkan ketika terinfeksi penyakit malaria dapat berupa gejala ringan dan gejala berat. Gejala ringan adalah demam, menggigil dan sakit kepala, sedangkan gejala berat adalah kelelahan, kejang dan kesulitan bernafas (Prabowo, 2004).

Kasus Penyakit Malaria

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2023 melaporkan bahwa terdapat peningkatan kasus malaria dari tahun 2021 ke tahun 2022 yaitu, dari 244 juta kasus menjadi 249 juta kasus pada tahun 2022 dengan perkiraan jumlah kematian mencapai 608.000 pada tahun 2022.

Di Indonesia, kasus malaria telah mengalami penurunan dari 226.364 kasus pada tahun 2020 menjadi 94.610 kasus pada tahun 2021 (Madayanti, 2022). Sebanyak 81% kasus yang ada di Indonesia yaitu, 9,999 dari 22 kasus penyakit malaria berasal dari Provinsi Papua.

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura pada tahun 2021 menunjukkan bahwa Provinsi Papuamerupakan salah satu wilayah yang masih tinggi endemis malaria. Kasus malaria di Provinsi Papua sebanyak 80% tersebar di 9 kabupaten atau kota, salah satunya adalah Kota Jayapura.

Jika diklasifikasikan lebih lanjut, sebanyak 70% kasus malaria di Provinsi Papua berasal dari Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom dan Kabupaten Mimika. Kota Jayapura merupakan salah satu daerah endemic malaria di Provinsi Papua (Rumbiak, 2024).

Pada tahun 2019 terdapat 28.648 kasus dengan API 92,55/1000 penduduk dan meningkat di tahun 2021 menjadi 30.235 kasus dengan API 99,49/1000 penduduk di Kota Jayapura (Dinas Kesehatan Kota Jayapura, 2021).

Tingginya kasus malaria di Kota Jayapura dapat disebabkan oleh berbagai kondisi lingkungan yaitu, kurangnya kerapatan dinding rumah, tidak adanya plafon atau langit-langit rumah, dan tidak adanya kasa pada ventilasi rumah yang dapat menyebabkan nyamuk untuk masuk dan keluar ruangan, serta adanya genangan air sebagai tempat berkembangbiak nyamuk dan vegetasi dengan kelembaban tinggi sebagai tempat peristirahatan nyamuk (Madayanti et al., 2022).

Faktor Penyebaran Penyakit Malaria

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola penyebaran penyakit malaria untuk menginfeksi seseorang adalah prevalensi Hemoglobin S (HbS) yang cukup tinggi pada ras atau suku bangsa tertentu yang dapat menyebabkan suku bangsa tersebut lebih tahan (kebal) terhadap infeksi parasit Plasmodium falciparumyang merupakan parasit penyebab malaria karena HbS dapat menghambat perkembangbiakan P. falciparum.

Faktor lainnya adalah kekebalan tubuh untuk menghancurkan atau menghalangi perkembangan parasit Plasmodium yang masuk ke tubuh dan penyakit genetik dengan manifestasi utama pada wanita yaitu, defisiensi enzim Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase (G6PD), dimana enzim tersebut berperan untuk melindungi seseorang dari infeksi P. falciparum (Fitriany & Sabiq, 2018).

Program Pencegahan Penyakit Malaria

Penularan penyakit malaria memiliki dampak negatif yang ditimbulkan seperti: menurunkan produktivitas, menyebabkan kerugian ekonomi, serta meningkatkan kematian bayi, anak, dan orang dewasa, sehingga diperlukan upaya untuk mencegah rantai penularan penyakit malaria (Avichena & Anggriyani, 2023).

Di Kota Jayapura, program pencegahan penyakit malaria yang telah dilakukan adalah Pencanangan Percepatan Eliminasi Malaria, STOP BABS (upaya untuk mendorong masyarakat agar tidak membuang air besar di sembarangan tempat).

Juga Gerakan Berantas Siaga Malaria (Gebrak Siamal) yang merupakan program Percepatan Eliminasi Malaria yang diinisiasi Kabupaten Jayapura dan bekerja sama dengan pemerintah pusat dan DinasKesehatan Provinsi Papua. Hal ini melibatkan 10 kabupaten atau kota, salah satunya adalah Kota Jayapura (Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, 2022).

Namun, terdapat upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penularan penyakit malaria, yaitu dengan mengendalikan vektor (nyamuk Anopheles sp.). Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan cara menggunakan insektisida yang aman bagi manusia.

Juga menggunakan kelambu berinsektisida dalam kondisi yang baik, pengelolaan lingkungan untukmengurangi habitat nyamuk, menggunakan bahan biologi sebagai larvasida, memanfaatkan predator alami nyamuk dan pemantauan efektivitas metode pengendalian vektor yang digunakan, serta evaluasi strategi pengendalian.

Selain itu, upaya pencegahan sederhana yang dapat dilakukan oleh semua orang adalah dengan menghindari gigitan nyamuk, menghindari aktivitas di luar rumah pada malam hari, tidur di dalam kelambu, menggunakan bahan pelindung anti nyamuk pada tubuh, memasang kasa pada ventilasi, membersihkan tempat perkembangbiakan nyamuk, dan membersihkan semak atau pohon rindang di sekitar rumah (Sutarto & B. Cania, 2018).

REFERENSI

Avichena, A., & Anggriyani, R. (2023). The pengaruh infeksi Plasmodium sp. terhadap trombosit manusia: tinjauan literatur. EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi, 8(1), 30-37.

Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura. 10 Agustus 2022. Pencanangan Percepatan Eliminasi Malaria dan Percepatan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) di Papua. Diakses pada 20 April 2024, dari https://dinkes.jayapurakab.go.id/pencangan-percepatan-eliminasi-malaria-dan-percepatan-stop-buang-air-besar-sembarangan-sbs-di-papua/Fitriany, J., & Sabiq, A. (2018). Malaria. Jurnal Averrous, 4 (2).

Madayanti, S., Raharjo, M., & Purwanto, H. (2022). Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria di Wilayah Distrik Jayapura Selatan Kota Jayapura. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 21(3), 358-365.

Prabowo, A. (2004). Malaria: Mencegah dan Mengatasi. Niaga Swadaya.

Rumbiak, H. (2024). Karakteristik Penderita Malaria di Kota Jayapura, Papua selama Januari-Desember 2021. Journal of International Multidisciplinary Research, 2(5), 39-44.

Sutarto., & B, Cania. (2018). Faktor lingkungan, perilaku dan penyakit malaria. Jurnal Agromed Unila, 4(1), 173–84.

World Health Organization (WHO), (2023). ***

*) Isi opini atau artikel ini menjadi tanggungjawab penulis sepenuhnya, bukan menjadi tanggungjawab redaksi KabarPapua.co.

 

Artikel ini telah dibaca 50 kali

badge-check

Penulis Berita

Baca Lainnya

Hak-hak Masyarakat Hukum Adat di Wilayah Tanah Papua

17 May 2024 - 22:04 WIT

Spei Yan Bidana, Pemimpin yang Visioner

13 May 2024 - 10:18 WIT

Tradisi Menginang Mahasiswa Papua di Yogyakarta Melalui Photo Story

3 May 2024 - 18:21 WIT

Perempuan Sentani Bangkit di Atas Tonggak Budaya

23 April 2024 - 19:09 WIT

Tahapan Penyelenggaraan Pilkada yang Terbuka Sesuai UU KIP

1 December 2023 - 15:59 WIT

Trending di NOKEN